Kadar PM2,5 rata-rata di Tangsel sepanjang tahun lalu ada di angka 71,1 µg/m3. Polusi udara terparah di Tangsel terjadi pada Mei 2023 dengan kadar PM2,5 mencapai 94,2 µg/m3.
JAKARTA | Bogorraya.co
Tangerang Selatan menempati urutan pertama (juara) sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia sepanjang Tahun 2023. Polusinya lebih buruk ketimbang Jakarta hingga Palembang.
Peringkat terburuk itu berdasarkan dari laporan Kualitas Udara Dunia Tahunan ke-6 yang dirilis oleh perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, IQAir.
IQAir mengungkap, laporan tahun ini berdasarkan data yang terkumpul lebih dari 30.000 stasiun pemantauan kualitas udara di 7.812 lokasi di 134 negara, wilayah, dan kawasan yang telah dianalisis para ilmuwan.
Pengukuran berdasarkan kadar PM2,5, partikel padar yang beredar di udara dengan ukuran lebih kecil dari rambut dibelah tujuh; 2,5 mikrometer. Polusi berasal dari asap kendaraan bermotor, industri, PLTU, dan pembakaran bahan bakar fosil lainnya.
Merujuk laporan IQAir, kadar PM2,5 rata-rata di Tangsel sepanjang tahun lalu ada di angka 71,1 µg/m3. Polusi udara terparah di Tangsel terjadi pada Mei 2023 dengan kadar PM2,5 mencapai 94,2 µg/m3.
Secara global, peringkat Tangsel di deretan kota-kota dunia ada di ranking 41. Kemudian, di peringkat kedua kota RI dengan kualitas udara terburuk sepanjang 2023 ada Kota Tangerang dengan kadar PM2,5 rata-rata mencapai 54,1 µg/m3.
Tangerang secara global ada di peringkat 101 deretan kota-kota dunia dengan polusi udara.
Peringkat ketiga RI diduduki oleh Bekasi dengan kadar PM2.5 mencapai 49,9 µg/m3. Peringkatnya secara global adalah 133. Di posisi selanjutnya ada Jakarta (43,8 µg/m3) dan Bandung (39,6 µg/m3).
Masalah polusi udara, khususnya di wilayah Jabodetabek. sempat menjadi sorotan nasional periode Agustus-September 2023. Sejumlah cara dilakukan untuk membersihkan langit dari polusi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sempat beberapa kali menggelar rapat terbatas untuk membahas masalah polusi udara di Jabodetabek.
Jokowi juga sempat bicara soal penyebab kualitas udara di Jabodetabek. Menurut dia ada sejumlah faktor yang menyebabkan polusi udara semakin memburuk di Jakarta dan sekitarnya kala itu.
“Memang terdapat beberapa faktor yang menyebabkan situasi ini, antara lain kemarau panjang selama tiga bulan terakhir, yang menyebabkan konsentrasi polutan tinggi,” ungkap Jokowi saat itu.
“Serta pembuangan emisi dari transportasi dan juga aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di industri manufaktur,” imbuhnya.
Jokowi kemudian mengeluarkan sejumlah ‘jurus’ untuk menangani masalah polusi udara di Jabodetabek, di antaranya penerapan bekerja secara hybrid, rekayasa cuaca, pembatasan emisi, pengawasan PLTU, hingga menambah ruang terbuka hijau. (jr)
Penulis : il