BOGOR RAYA | BOGOR
Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Hery Antasari, melakukan tinjauan terhadap tiga lokasi yang rawan banjir di dua kecamatan pada Kamis (5/12/2023). Dua titik tersebut terletak di Kecamatan Tanah Sareal, yaitu di RW 04 Kedung Waringin dan RW 08 Kelurahan Mekarwangi, sedangkan satu titik lainnya berada di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara.
Kunjungan ke Titik Rawan Banjir
Hery menjelaskan bahwa kunjungannya ini bertujuan untuk memantau lokasi-lokasi yang sering mengalami banjir. “Saya mengunjungi titik-titik yang menjadi langganan banjir, selain juga banyak titik lain yang perlu kita atensi. Tapi tadi yang saya monitor dan tinjau, memang yang berulang,” ujarnya.
Banjir yang terjadi di Kecamatan Tanah Sareal seringkali disebabkan oleh keberadaan dataran bertanah basah yang tergenang air, atau rawa, yang menjadi jalur aliran air dari limpasan hujan. Hery menekankan pentingnya menjadikan lokasi-lokasi tersebut sebagai kolam retensi atau embung untuk menampung air saat banjir, mengingat banyak warga yang terdampak.
Perhatian Jangka Panjang
Hery menyatakan bahwa masalah ini perlu menjadi perhatian serius, baik di tingkat kota maupun di tingkat kelurahan, dinas teknis, dan perangkat daerah terkait. Ia menekankan pentingnya penyempurnaan kajian yang ada untuk diusulkan dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) sebagai bagian dari upaya penanganan banjir jangka menengah dan panjang.
“Ke depan, penanganan banjir ini harus menjadi atensi bersama dari sisi urgensitas,” ungkap Hery.
Tanggapan Darurat dan Pendidikan Anak
Hery juga mengingatkan pentingnya pemantauan kondisi warga pascabanjir, serta upaya membantu anak-anak sekolah yang mengalami kerusakan akibat bencana tersebut, sehingga proses pendidikan mereka tidak terganggu.
Penjelasan Latar Belakang Masalah Banjir
Dengan latar belakang keilmuan di bidang tata kota, Hery menjelaskan bahwa prinsip alam yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu tidak berubah. Ia menyatakan bahwa air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan pembangunan manusia di sekitar aliran air seringkali menyempitkan jalur alami tersebut.
“Sedangkan air itu melintas sesuai dengan jalur yang dilewati sejak ribuan tahun lalu. Tapi akhirnya ada lingkungan binaan yang mengubah aliran air alami,” jelasnya.
Hery juga menyoroti beberapa faktor yang menyebabkan banjir, termasuk perubahan tata guna lahan di hulu, peningkatan debit air, dan masalah budaya seperti perilaku membuang sampah sembarangan.
Solusi untuk Mengatasi Banjir
Sebagai solusi jangka menengah dan panjang, Hery mengusulkan normalisasi saluran, pembuatan embung, dan penataan sempadan sungai. “Kalau untuk penataan sempadan sungai, membuat embung, atau kolam retensi, ya harus ada lahan yang dibebaskan,” katanya.
Setelah meninjau ketiga titik lokasi rawan banjir, Hery melanjutkan kunjungannya dengan memantau debit air di Pos Pantau Bendung Katulampa bersama rombongan.(Kb/Fj)